Kamis, 27 Oktober 2011


PEMBUATAN NUGGET IKAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia memiliki potensi hasil perikanan yang baik karena sebagian besar wilayahnya berupa lautan. Konsumsi ikan sangat baik untuk kesehatan dan daya tahan tubuh. Oleh karena itu pemanfaatan ikan harus maksimal. Produk olahan hasil perikanan begitu marak di pasaran untuk memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kehidupan modern yang serba sibuk dan banyak menyita waktu, sehingga orang-orang lebih suka membeli makan siap saji.
Makanan siap saji yang digemari oleh masyarakat adalah nugget. Rasanya enak, krispi. Hal inilah yang membuat nugget digemari oleh masyarakat. Bahan utama dari nugget adalah daging. Nugget dapat dibuat dari berbagai macam daging seperti daging ayam, sapi, dan ikan. Pengolahan nugget ikan tidak jauh berbeda dengan pembuatan nugget dari daging lain seperti daging ayam atau daging sapi. Bahan-bahan tambahan yang dicampurkan dalam daging ikan seperti tepung tapioka, tepung roti,  garam, merica, pala, gula, susu bubuk, minyak, dan gula memiliki fungsi masing-masing terhadap sifat sensori nugget yang dihasilkan.
Nugget yang paling banyak beredar dipasaran sekarang adalah nugget yang terbuat dari daging ayam. Oleh karena itu  dilakukan percobaan ini untuk mengetahui bagaimana cara membuat nugget dari bahan daging ikan dengan baik dan benar. Nugget yang dihasilkan akan dilakukan uji sensori yaitu rasa, warna, tekstur dan aroma.

Tinjauan pustaka
Ikan lamuru (Sardinella longiceps) adalah jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting. Jenis ikan ini merupakan salah satu sumberdaya ikan yang sangat penting karena potensinya cukup besar dan mempunyai prospek pemanfaatan yang baik. Ikan lamuru adalah ikan berlemak (fatty fish)  karena kandungan lemaknya relatif tinggi pada saat tertentu dan bervariasi dari tahun ke tahun. Hal ini sering menjadi kendala dalam usaha pengolahan ikan lemuru (Anonim, 2011a).
Ikan lamuru mengandung protein dan kalori yang cukup tinggi. Kandungan kolesterol pada ikan lamuru yang cukup rendah menjadikan ikan lamuru sebagai pangan konsumsi yang baik bagi kesehatan. Ikan lamuru mengandung asam-asam lemak polienoat penting yaitu                       EPA=C20:5ω3 dan DHA=C22:ω3 yang bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung koroner (Anonim, 2008).
Menurut Saanin (2005), bahwa klasifikasi dari ikan lamuru sebagai berikut:
Phylum                  : Chordata
Sub Phylum          : Vertebrata
Class                     : Pisces
Sub Class             : Teleostei
Ordo                      : Clupeiformes
Family                   : Clupeidae
Genus                  : Sardinella
Species                 : Sardinella longiceps
Nugget ikan merupakan salah satu makanan yang dibuat dari daging giling dengan penambahan bumbu-bumbu dan dicetak, kemudian dilumuri dengan pelapis (coating dan breading) yang dilanjutkan dengan penggorengan. Pada dasarnya nugget ikan mirip dengan nugget ayam, perbedaannya terletak pada bahan baku yang digunakan. Nugget hasil olahan diharapkan memiliki citarasa yang enak, aman dan memenuhi kebutuhan zat gizi sehingga penting mengetahui perubahan mutu yang terjadi selama penyimpanan (Aswar, 1995).
Nugget ikan merupakan salah satu produk olahan daging ikan beku. Produk ini mempunyai daya simpan yang cukup lama, dengan penyimpanan dalam freezer bisa mencapai dua minggu. Daging yang digunakan sebelumnya harus digiling, sehingga memudahkan untuk dibentuk pada tahapan berikutnya. Bahan utama yang digunakan adalah ikan, yang akan memberikan tekstur produk yang diinginkan, karena mempunyai kandungan protein miofibril. Secara umum pembuatan produk beku melalui beberapa tahap mulai dari persiapan bahan baku, proses pencetakan untuk produk, pelapisan (coating), menggorengan (frying), membekuan (freezing) dan pengemasan (packaging). Salah satu contoh makan beku yang banyak ditemui di pasaran adalah nugget, terutama chicken nugget dengan berbagai variasi bentuk. Bahan baku yang digunakan lebih banyak berupa daging    beku (Anonim, 2009).
Kualitas olahan ikan sangat ditentukan oleh kualitas bahan-bahan mentahnya, terutama jenis dan mutu ikan, jumlah tepung yang digunakan, atau perbandingannya dalam adonan dan faktor-faktor lain, seperti pemakaian bahan-bahan tambahan dan cara pemasakannya, juga sangat mempengaruhi mutu olahan ikan yang akan dihasilkan. Peralatan yang diperlukan untuk membuat produk juga bervariasi, mulai dari yang sangat sederhana sampai yang serba mesin. Hal ini tergantung dari skala produksinya, pada produksi berskala besar, pemakaian mesin akan lebih efektif dan menjamin keseragaman bentuk, ukuran, dan kualitas produk yang dihasilkan (Daniati, 2005).
Peralatan utama yang dibutuhkan adalah mixer meat untuk menggiling daging sehingga dihasilkan daging cincang meat cutter untuk melembutkan dan mencampur daging ayam cincang dengan bahan-bahan penunjang, alat pencetak untuk membentuk potongan-potongan nugget, tangki perebusan untuk memasak adonan nugget yang telah dicetak, shower untuk mendinginkan nugget setelah proses perebusan agar suhu turun dengan cepat, refrigerator untuk menyimpan produk setengah matang hasil perebusan. Langkah pertama yang harus dikerjakan dalam pembuatan nugget adalah melakukan proses pelayuan daging (tempering), yaitu dengan cara menaikkan suhu daging dari beku menjadi dingin (chill) di ruang dingin  (chill room). Daging yang telah dilayukan dicincang dengan alat penggiling (mincer meat) dan diperkecil ukurannya (diperhalus) dengan meat cutter. Hancuran daging dicampur bumbu dan diaduk hingga diperoleh adonan yang tercampur merata. Fungsi pengadukan adalah menciptakan adonan yang homogen, membentuk dan melunakan gluten. Proses pencampuran tersebut dilakukan pada suhu rendah untuk mempertahankan kualitas adonan.  Adonan yang telah terbentuk kemudian dicetak sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. Sebagai makanan olahan, nugget memang biasanya disimpan di freezer untuk memertahankan kualitasnya. Ketika diletakkan di lemari pendingin tersebut tak jarang nugget yang digoreng justru kurang renyah karena efek pembekuan yang terlalu lama, oleh karena itu penyimapanan dilakukan hanya beberapa menit saja. Selanjutnya dilapisi dengan susu cair (milkwash) dengan kekentalan tertentu dan ditaburi (coating) tepung roti (breader) hingga permukaannya tertutup rata. Nugget kemudian dimasak dalam dua tahap, yaitu penggorengan dan pengovenan. Penggorengan dengan merendam produk pada minyak goreng panas selama beberapa saat akan membuat nugget lebih gurih. Nugget harus dilewatkan ke dalam oven melalui konveyor berjalan. Pada tahap ini, nugget diberi uap jenuh panas sehingga mengalami pematangan penuh. Selain untuk mematangkan produk, proses ini juga berguna untuk membantu memperbaiki tekstur pada produk akhir. Produk yang telah matang kemudian dibekukan dengan mesin pembeku (freezer) sampai membeku sempurna. Suhu pembekuan memegang peran penting terhadap daya simpan nugget. Nugget beku yang dihasilkan kemudian dikemas dengan kantong plastik jenis polyethylene  (Anonim, 2011c).
WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM
Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Laut mengenai Nugget Ikan dilaksanakan hari Jum’at, 7 Oktober 2011, pukul 08.50-selesai WITA,           di Laboratorium Pengolahan Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Perlakuan praktikum pada percobaan ini sebagai berikut:
I          = Daging ikan kakap 150 g + tepung tapioka 25 g + tepung roti 50 g.
II         = Daging ikan kakap 150 g + tepung tapioka 50 g + tepung roti 100 g.
III        = Daging ikan kakap 150 g + tepung tapioka 75 g + tepung roti 175 g.
IV       = Daging ikan Lamuru 150 g + tepung tapioka 75 g + tepung roti 175 g.
V        = Daging ikan Lamuru 150 g + tepung tapioka 50 g + tepung roti 150 g.
VI       = Daging ikan Lamuru 150 g + tepung tapioka 25 g + tepung roti 50 g.

Parameter pengamatan pada percobaan ini adalah mengamati warna, aroma, tekstur, dan rasa pada nugget ikan yang dihasilkan.
PROSEDUR PEMBUATAN NUGGET
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini sebagai berikut: Dicuci ikan dan difillet dagingnya.  Ditimbang daging ikan sebanyak 150 gram, kemudian dicuci 3 kali, pada pencucian terakhir ditambahkan garam 0,45 gram. Ditambahkan bawang merah dan bawang putih yang telah dihaluskan serta merica secukupnya ke dalam adonan nugget ikan. Ditambahkan lagi garam 2,5 gram, merica 3 gram, susu bubuk 3 gram,   pala 2,5 gram, minyak goreng 1,5 gram, dan gula 3 gram.  Ditambahkan tepung tapioka dan tepung roti sesuai perlakuan. Diaduk adonan hingga kalis. Dibentuk sesuai selera. Dibekukan selama 15 menit Dicelupkan pada putih telur Dibalur dengan tepung roti Digoreng sampai matang hingga berwarna kekuningan.Dilakukan uji organoleptik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
      Hasil yang diperoleh pada percobaan ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 04. Hasil Uji Organoleptik pada  Nugget Ikan
Perlakuan
Warna
Aroma
Tekstur
Rasa
I
Suka
Suka
Suka
Suka
II
Agak Suka
Suka
Suka
Suka
III
Agak Suka
Suka
Agak Suka
Suka
IV
Suka
Suka
Suka
Suka
V
Suka
Suka
Agak Suka
Agak Suka
VI
Suka
Suka
Agak Suka
Suka
Sumber : Data Sekunder Hasil Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Laut, 2011.

Keterangan:
Perlakuan praktikum pada percobaan ini sebagai berikut:
I          = Daging ikan kakap 150 g + tepung tapioka 25 g + tepung roti 50 g.
II         = Daging ikan kakap 150 g + tepung tapioka 50 g + tepung roti 100 g.
III        = Daging ikan kakap 150 g + tepung tapioka 75 g + tepung roti 175 g.
IV       = Daging ikan Lamuru 150 g + tepung tapioka 75 g + tepung roti 175 g.
V        = Daging ikan Lamuru 150 g + tepung tapioka 50 g + tepung roti 150 g.
VI       = Daging ikan Lamuru 150 g + tepung tapioka 25 g + tepung roti 50 g.

Warna pada nugget ikan lamuru dengan perlakuan V (tepung tapioka 50 gram; tepung roti 150) disukai oleh penelis. Warna nugget ikan yang dihasilkan dipengaruhi oleh teknik penggorengannya. Jika lama penggorengan tepat maka warna nugget disukai, tapi jika terlalu lama maka warna nugget akan  kehitaman dan terkesan  gosong sehingga mutu  nugget yang  dihasilkan juga  tidak disukai. Hal ini sesuai  dengan  pendapat Daniati (2005), bahwa pemakaian bahan-bahan tambahan dan cara pemasakannya, juga sangat mempengaruhi mutu olahan ikan yang akan dihasilkan.

Tekstur nugget ikan pada perlakuan V (tepung  tapioka 50 gram; tepung roti 150 gram) agak disukai oleh penelis. Tekstur nugget pada perlakuan ini agak keras, hal ini dikarenakan jumlah tepung tapioka           yang ditambahkan agak berlebih sedangkan untuk memperoleh            nugget berstektur bagus sebaiknya penambahan tepung tapioka           berkisar 10%-15% dari jumlah daging. Berarti jumlah tepung tapioka yang sebaiknya ditambahkan sekitar 22 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011b), bahwa tepung tapioka berfungsi agar nuggetnya lezat, teksturya bagus, dan bermutu tinggi, jumlah tepung yang digunakan sebaiknya sekitar 10 – 15% dari berat daging.

Aroma pada nugget perlakuan V (tepung  tapioka 50 gram; tepung roti 150 gram) disukai oleh penelis. Aroma sedap yang tercium dari nugget ikan yang dihasilkan bersumber dari penambahan bumbu-bumbu masakan seperti merica, pala, bawang merah, dan bawang putih. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011b), bahwa bumbu penyedap dibuat dari campuran bawang putih dan merica. Bumbu  penyedapnya sekitar 2% dari berat daging. Sebagai bumbu penyedap dapat juga digunakan bumbu campuran bawang putih, dan bawang bombay. Fungsinya sebagai bahan yang menambaha cita rasa , bau, dan aroma dari nugget.

Rasa nugget ikan perlakuan V (tepung  tapioka 50 gram; tepung roti 150 gram) agak disukai oleh penelis. Nugget ikan yang dihasilkan terasa sedap dan enak karena adanya penambahan tepung roti  pada  adonan  nugget  ikan. Tepung  roti juga  dijadikan pelapis  nugget sebelum digoreng sehingga rasa pada nugget ikan terasa lebih gurih.          Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011b), bahwa pemakain tepung roti dapat membuat produk olahan menjadi renyah dan lebih terasa  gurih.
Es yang ditambahkan pada daging ikan yang diblender berfungsi untuk mempertahankan tingkat kesegaran ikan. Es menciptakan kondisi adonan tetap dalam suhu rendah sehingga mikroba pembusuk tidak dapat tumbuh. Es juga berfungsi sebagai bahan pengikat sehingga terjadi pembentukan gel sehingga nugget ikan yang dihasilkan dapat bertekstur padat . Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011b), bahwa  es yang digunakan sebaiknya berupa es batu dimana es ini sebagai bahan pengikat. Es batu membuat suhu tetap rendah. Dengan begitu terjadi pembentukan gel yang baik.
Penambahan tepung tapioka dan tepung roti pada nugget ikan akan memberikan tekstur yang kompak. Tepung roti juga dapat memberi cita rasa yang khas pada nugget ikan, sehingga nugget yang dihasilkan rasanya gurih dan nikmat. Hal ini sesuai dengan pendapat  Anonim (2011b), bahwa pemakain tepung roti dapat membuat produk olahan menjadi renyah dan lebih terasa  gurih.
Penambahan garam pada nugget ikan berfungsi sebagai pembangkit cita rasa. Garam juga membantu pembentukan gel dari protein yang terkandum dalam ikan, sehingga nugget yang dihasilkan bertekstur   kompak. Hal  ini sesuai  dengan  pendapat  Anonim (2010b),
bahwa garam akan membantu pembentukan gel protein dengan baik sehingga nugget yang dihasilkan teksturnya kompak dan padat. Garam dapur yang digunakan sekitar 2,5%.
Susu yang ditambahkan pada adonan nugget memberikan cita rasa yang gurih, dan enak. Adanya kandungan gizi yang lengkap pada susu akan meningkatkan nilai gizi dari nugget ikan yang dihasilkan.          Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011b), bahwa susu bubuk sebagai pemberiri cita rasa dan penambah nilai gizi.

Putih telur dijadikan sebagai bahan oles pada nugget ikan sebelum digoreng. Putih telur berfungsi sebagai perekat ketika nugget ikan ditaburi dengan tepung roti, maka tepung roti tersebut akan merekat baik pada nugget ikan ketika dilakukan penggorengan. Kandungan protein pada putih telur juga menambah nilai nutrisi pada nugget yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011b), bahwa putih telur berfungsi sebagai perekat dan pemberi sumber protein serta penambah cita rasa.

Penambahan minyak goreng pada pembuatan nugget ikan akan membuat adonan lebih mudah diulet dan menjadi lebih licin, sehingga adonan nugget mudah dibentuk. Jika penambahan konsentrasi minyak tepat  maka  nugget  ikan  yang  dihasilkan  akan  memiliki  tekstur yang kenyal dan rasanya lebih  gurih. Hal ini sesuai dengan pendapat            Anonim (2011b), bahwa minyak goreng berfungsi membuat profil tekstur kuat, keras sehingga secara indrawi nugget terasa lebih kenyal dan gurih.

Bumbu dan rempah yang ditambahkan pada pembuatan nugget ikan yaitu merica, bawang merah, bawang putih, dan pala. Penambahan bumbu tersebut bertujuan untuk menambah cita rasa dari nugget ikan sedangkan pemberian rempah akan menghasilkan oroma yang sedap pada nugget ikan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011b), bahwa bumbu penyedap dibuat dari campuran bawang putih, bawang merah, dan merica. Bumbu  penyedapnya sekitar 2% dari berat daging. Fungsinya sebagai bahan yang menambaha cita rasa , bau, dan aroma dari nugget.
Tahap awal pengolahan pada pembuatan nugget ikan, yaitu dilakukan penggilingan pada daging yang telah di fillet. Penggilingan daging ikan dalam pembuatan nugget bertujuan agar daging ikan lebih mudah diolah, sehingga setelah penambahan bahan-bahan lain pada adonan nugget ikan, adonan akan lebih mudah dibentuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011a), bahwa daging yang digunakan sebelumnya harus digiling, sehingga memudahkan untuk dibentuk pada tahapan berikutnya.

Pengadukan atau pengulenan pada adonan nugget ikan, dilakukan agar adonan tercampur rata dan homogen. Jika adonan homogen maka nugget yang dihasilkan memiliki moutfeel yang lembut yaitu tanpa adanya butiran-butiran gluten dari tepung terigu atau tepung roti yang belum tercampur rata. Hal ini sesuai dengan pendapat          Anonim (2011c), bahwa hancuran daging dicampur bumbu dan diaduk hingga diperoleh adonan yang tercampur merata. Fungsi pengadukan adalah menciptakan adonan yang homogen, membentuk dan melunakan gluten.

Pembuatan nugget ikan dilakukan pendinginan selama 15 menit sebelum dilakukan penggorengan. Pendinginan bertujuan untuk membentuk tekstur yang renyah dan gurih pada nugget ikan.               Daging yang disimpan dalam suhu rendah akan menghasilkan kristal es pada daging sehingga setelah penggorengan nugget ikan menjadi renyah. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011c), bahwa ketika diletakkan di lemari pendingin tersebut tak jarang nugget yang digoreng justru kurang renyah karena efek pembekuan yang terlalu lama,          oleh karena itu penyimpanan dilakukan hanya beberapa menit saja.

Penggorengan pada nugget ikan dilakukan dengan panas yang tidak terlalu tinggi, agar nugget ikan yang dihasilkan memiliki warna yang baik dan tidak gosong. Penggorengan yang baik akan memberikan rasa gurih serta membuat tekstur nugget ikan menjadi krispi. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011c), bahwa penggorengan dengan merendam produk pada minyak goreng panas selama beberapa saat akan membuat nugget lebih gurih.